Minggu, 19 Desember 2010

WikiLeaks: Saddam Berani Mati

detik-detik sebelum tewas di tiang gantung, Saddam Husein terus memegang al-Quran dan mewasiatkan kitab suci itu untuk putranya, Awad al-Bandar, yang juga dihukum mati dua minggu kemudian. Mantan pemimpin Irak itu tidak takut sedikitpun, karena dia sudah menduga hidupnya akan berakhir di tiang gantung.

Demikian isu suatu memo diplomatik Kedutaan Besar AS di Irak kepada Departemen Luar Negeri di Washington yang dipublikasikan di laman WikiLeaks, seperti dilansir dari laman stasiun televisi CNN, Senin, 6 Desember 2010.

Memo itu melaporkan pertemuan antara Duta Besar AS untuk Irak kala itu, Zalmay Khalizad, dan kepala kejaksaan Munqith Faroon, dua pekan setelah eksekusi Saddam pada 30 Desember 2006, memuat dengan gamblang detik-detik menjelang kematian Saddam.

Eksekusi Saddam, menurut laporan itu, dihadiri 14 saksi. Namun, pada memo tersebut juga dikatakan enam orang penjaga juga ikut menyaksikan eksekusi. Mereka diperbolehkan membawa telepon seluler, yang memiliki video perekam. Ponsel itu merekam eksekusi Saddam.

Prosedur eksekusi dari awal hingga akhir dilakukan oleh pemerintah Irak, AS hanya membantu menyumbangkan pijakan eksekusi gantung, karena pijakan milik Irak tidak memenuhi standar, dan akan membuat terdakwa menderita.

Memo itu mengatakan bahwa Faroon dan hakim bertemu dengan Saddam sebelum eksekusi untuk membacakan dakwaan dan vonis. Faroon mengaku merasa simpati dengan keadaan Saddam yang masuk dengan ditutupi kepalanya, diikat tangannya, dan bergetar seluruh tubuhnya.

“Dia tidak merasa takut. Dia sepertinya sudah mengantisipasi hal seperti ini sejak dia menjabat. Karena dia tahu, sebagai presiden, dia akan punya banyak musuh,” tulis memo tersebut.

Menurut memo itu, Saddam terus memegang al-Quran hingga berada di mimbar eksekusi. Dia meminta seseorang memberikan kitab suci itu kepada putranya, Awad al-Bandar, mantan kepala pengadilan revolusi Irak. Faroon mengiyakan wasiat Saddam tersebut. “Sampai detik ini, tidak ada yang tidak layak yang terjadi,” ujar Faroon seperti termuat di memo tersebut.

Ketika Saddam mulai ditempatkan di tiang gantungan, seorang penjaga menyumpahinya “pergilah ke neraka.” Faroon langsung mengatakan bahwa dia tidak memperbolehkan penjaga maupun saksi untuk berbicara atau mengatakan apapun kepada Saddam.

“Ketika Faroon akan menegur para saksi, dia melihat dua orang petugas pemerintah tersebut mengambil foto dan merekam dengan ponsel mereka,” tulis memo tersebut. Dua orang ini kemudian ditahan kepolisian Irak setelah rekaman video eksekusi Saddam beredar di internet.

Saddam menolak untuk ditutupi wajahnya dan mulai berdoa, salah seorang saksi meneriakkan “Muqtada, Muqtada, Muqtada,” merujuk kepada Muqtada al-Sadr, seorang ulama syiah radikal yang ayahnya diyakini dibunuh oleh rezim Saddam.

Saddam kemudian ditutupi wajahnya, memo mengatakan bahwa Saddam mati dengan cepat dan tubuhnya dimasukkan ke dalam sebuah kantong. Seorang pemuka agama kemudian memandikan mayatnya dan melakukan prosedur pemakaman sesuai agama Islam.

sumber: vivanews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar